I . PENDAHULUAN
Sebelum memberikan penjelasan tentang Implikasi
Karakteristik Peserta Didik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, kita terlebih dahulu membahas persuku katanya untuk lebih jelasnya.
Implikasi berarti keterlibatan atau hubungan,
karakteristik bisa diartikan sebagai ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu. Dari
kedua kata tersebut kita dapat melanjutkan bahasan materi ini adalah bisa
dikatakan sebagai keterlibatan/hubungan sifat-sifat yang dimiliki oleh peserta
didik untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Dalam bahasan nanti kami akan menjelaskan
berbagai implikasi yang berkaitan terhadap penyelenggaraan pendidikan, seperti
faktor fisik, faktor intelektual, faktor bakat khusus, faktor sosial-kultural,
faktor komunikasi dan faktor perkembangan peserta didik.
II . PEMBAHASAN
A.
Implikasi Faktor Fisik Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan,
perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya: tempat untuk pelaksanaan pendidikan yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan
terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga
perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga
supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olahraga bagi peserta didik di luar jam
pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olahraga, beladiri,
dan sejenisnya.
B.
Implikasi Faktor Intelektual Terhadap Penyelengaraan Pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan
khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan
intelektual tersebut. Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi
yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa
aman secara psikologis apabila:
1. Pendidik dapat menerima peserta
didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya
serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
2. Pendidik mengusahakan suasana dimana
peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3. Pendidik memberi pengertian dalam
arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Teori Pieget mengenai perkembangan
kognitif, sangat erat dan penting hubungannya dengan umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukan bahwa aktivitas adalah sebagai unsur pokok
dalam perkembangan kognitif. Pengalaman belajar yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan intelektual.
Model Pendidikan yang aktif adalah
model yang tidak menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Tetapi sekolahlah yang mengatur lingkungan belajar sedemikan rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut, proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya.
Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa
perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menciptakan interksi atau hubungan
yang akrab dengan peserta didik.
2. Memberi kesempatan kepada para
peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelektual anak.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan
fisik peserta didik baik melalui kegiatan olahraga maupun
menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa
peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun menyediakan situasi yang
memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat
besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
C.
Implikasi Faktor Bakat Khusus terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Berbeda dengan kemampuan yang
menunjuk pada suatu “performance” yang dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Dalam kaitan ini untuk menunjang
perkembangan bakat umum maupun bakat
khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
khusus terlebih supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia
sekolah menengah perlu dilakukan langkah-langkah antara lain:
1. Dikembangkan suatu situasi dan
kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan
bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun
fisiologis.
2. Dilakukan usaha menumbuhkembangkan
minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha di kalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
3. Dikembangkannya program pendidikan
berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan
pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus
menonjol.
D.
Implikasi Faktor Sosial-Kultural terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Usia remaja adalah usia yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan perhatiannya pada
lingkungan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sebayanya,
guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang diserahi tugas untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
1. Sekolah harus merupakan dasar untuk
perkembangan kepribadian peserta didik.
2. Saling menghargai merupakan kunci
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta
didik yang bertabiat apapun
3. Pola pengajaran yang demokratis
merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
E.
Implikasi Faktor Komunikasi terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Tiga tingkatan kemampuan peserta
didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi
aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik.
Persoalannya adalah bagaimana untuk menjadi pendidik yang
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik? Beberapa hal dibawah ini dapat
digunakan sebagai acuan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
A.
Memberi
Penjelasan
Dalam menyampaikan informasi kepada
peserta didik (yang berkaitan dengan iptek),
hendaknya:
1. Menentukan hal-hal pokoknya dan
hubungannya satu sama lainnya.
2. Memberi penjelasan yang meyakinkan
artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah
baik disengaja maupun tidak.
3. Memberi penjelasan secara gamblang dan
sederhana sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
4. Menghindari berbicara dengan bahasa
yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
peserta didik.
5. Menghindari penggunaan kata-kata
yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
6. Memeriksa kembali penjelasan apakah
semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
B.
Mengajukan
Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh
pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi”
dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan
yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah
pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan
pengertian. Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan
kegiatan ini adalah :
1. Mengulangi pertanyaan yang diajukan
oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara
jelas masalah yang ditanyakan.
2. Menempatkan pertanyaan peserta didik
dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3. Merangsang peserta didik agar mau
mengajukan pertanyaan.
4. Merespon pertanyaan dengan baik.
C.
Memberikan
Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui
apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik
ini berlaku baik dari pengajar kepada peserta didik atau sebaliknya.
F.
Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Sebagai individu yang sedang tumbuh
dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut
sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama
penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan
dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya
kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Atas dasar sedikit informasi
tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia
yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2. Interaksi manusia dengan
lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian
diri pada lingkungan.
3. Dalam interaksi sosial, manusia
sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial
yang dalam hal ini ialah keluarga.
4. Atas dasar keterikatan dan kewajiban
sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha
menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang
sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Setelah umur kronologis mencapai
lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan
intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
6. Kematangan sosial merupakan landasan
bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam
lingkungan sosial tersebut.
7. Kematangan emosional melandasi
kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah
laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
8. Kematangan jasmani merupakan dasar
yang melandasi semua kematangan sebagimana dimaksudkan di atas.
9. Pendidik yang berkecimpung dalam
pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
10. Hasil-hasil belajar yang mendasari
hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
11. Iklim emosional yang menjiwai
keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan
menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
12. Seorang anak dimana anak sekolah
adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut
keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
13. Pada umumnya anak masa sekolah dan
masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat.
Sedangkan dalam segi rohani ia mengalami perkembangan pengetahuan
dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar
yang sehat serta ingatan yang kuat.
14. Pemahaman guru terhadap minat dan
perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan
program-program pendidikan maupun pengajaran.
15. Karakteristik umum
pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu,
menghayal dan aktivitas berkelompok.
III .
KESIMPULAN
Dari bahasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Implikasi
Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan yang ada dan
berkembang merupakan suatu keterkaitan beberapa faktor yang mempengaruhi
sifat-sifat khusus para peserta didik dalam hal ini siswa dan mahasiswa untuk
berlangsungnya suatu pendidikan yang formal dan baik.
Faktor-faktor yang berjalan baik ataupun dimiliki dengan
baik, maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ini mungkin dapat sesuai
dengan ketentuan dan kurikulum yang berlaku.
Apabila terjadi salah satu dari faktor-faktor tersebut
buruk yang dimiliki oleh peserta didik ataupun pendidik, mungkin akan terjadi
beberapa masalah yang akan dihadapi oleh peserta didik atau pendidik untuk
menyelenggarakan suatu pendidikan yang baik dan berkualitas serta dianggap
sesuai dengan budaya bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar